Istirahat
dan tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua orang.
Untuk dapat berfungsi secara optimal, maka setiap orang memerlukan
istirahat dan tidur yang cukup. Tidak terkecuali juga pada orang yang
sedang menderita sakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang
memadai. Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biasanya
terganggu, sehingga perawat perlu berupaya untuk mencukupi ataupun
memenuhi kebutuhan tidur tersebut.
1. PENGERTIAN
Istirahat
merupakan keadaan yang tenang, relaks tanpa tekanan emosional dan bebas
dari kegelisahan (ansietas). (Narrow, 1967 : 1645) mengemukakan 6
(enam) ciri-ciri yang dialami seseorang berkaitan dengan istirahat.
Sebagian besar orang dapat istirahat sewaktu mereka :
- Merasa bahwa segala sesuatu dapat diatasi
- Merasa diterima
- Mengetahui apa yang sedang terjadi
- Bebas dari gangguan dan ketidaknyamanan
- Mempunyai rencana-rencana kegiatan yang memuaskan
- Mengetahui adanya bantuan sewaktu memerlukan
Sedangkan pengertian tidur antara lain :
q Tidur berasal dari kata bahasa latin “somnus” yang berarti alami periode pemulihan, keadaan fisiologi dari istirahat untuk tubuh dan pikiran.
q Tidur merupakan keadaan hilangnya kesadaran secara normal dan periodik (Lanywati, 2001)
q Tidur
merupakan suatu keadaan tidak sadar yang di alami seseorang, yang dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup (Guyton
1981 : 679)
2. TUJUAN TIDUR :
Secara
jelas tujuan tidur tidak diketahui, namun diyakini tidur diperlukan
untuk menjaga keseimbangan mental emosional dan kesehatan. Selam tidur
seseorang akan mengulang (review) kembali kejadian-kejadian sehari-hari,
memproses dan menggunakan untuk masa depan.
3. TANDA TIDUR SECARA UMUM
Secara
umum tidur ditandai dengan aktivitas fisik minimal, tingkatan kesadaran
yang bervariasi, perubahan-perubahan proses fisiologis tubuh dan
penurunan respon terhadap rangsangan dari luar. Secara detail
tanda-tanda tidur ini akan dibahas pada macam / pola tidur.
4. PROSES FISIOLOGIS TIDUR
q FISIOLOGI TIDUR
Hipotalamus mempunyai pusat-pusat pengendalian untuk beberapa jenis kegiatan tak-sadar dari badan, yang salah satu diantaranya menyangkut tidur dan bangun. Cedera pada hipotalamus dapat mengakibatkan seseorang tidur dalam jangka waktu yang luar biasa panjang atau lama.
Formasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat syaraf . Serat-seratnya mempunyai
hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-impuls ke kulit otak dan ke
tali sumsum tulang belakang. Formasi retikular itu memungkinkan
terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang disengaja dengan mudah,
maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian dengan keadaan waspada.
Di
waktu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit rangsangan dari
korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar tubuh. Keadaan bangun
terjadi apabila sistem retikular dirangsang dengan
rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-organ serta
sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja, jam wekker membangunkan
kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita menyadari bahwa kita
harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan yang
diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya, akan membuat
orang tidak dapat tidur lewat organ-organ serta sel-sel di kulit badan.
Maka keadaan tidak dapat tidur di timbulkan oleh kegiatan kulit otak
serta apa yang dirasakan oleh badan; di waktu tidur,
rangsangan-rangsangan menjadi minimal.
q Teori Dasar Tidur
Diduga penyebab tidur adalah proses penghambatan aktif. Ada teori lama yang menyatakan bahwa area eksitatori pada batang otak bagian atas, yang disebut “sistem aktivasi retikular”, mengalami kelelahan setelah seharian terjaga dan karena itu, menjadi inaktif. Keadaan ini disebut teori pasif dari tidur. Percobaan penting telah mengubah pandangan ini ke teori yang lebih baru bahwa tidur barangkali disebabkan oleh proses penghambatan aktif. Hal
ini terbukti dari suatu percobaan dengan cara melakukan pemotongan
batang otak setinggi regio midpontil, dan berdasarkan perekaman listrik
ternyata otak tak pernah tidur. Dengan kata lain, ada beberapa pusat
yang terletak dibawah ketinggian midpontil pada batang otak, diperlukan
untuk menyebabkan tidur dengan cara menghambat bagian-bagian otak
lainnya.
Perangsangan
pada beberapa daerah spesifik otak dapat menimbulkan keadaan tidur
dengan sifat-sifat yang mendekati keadaan tidur alami. Daerah-daerah
tersebut adalah :
§ Nuklei rafe, yang terletak di separuh bagian bawah pons dan medula
§ Nukleus traktus solitarius,
yang merupakan regio sensorik medula dan pons yang dilewati oleh sinyal
sensorik viseral yang memasuki otak melalui syaraf-syaraf vagus dan
glossofaringeus, juga menimbulkan keadaan tidur.
§ Beberapa regio diensefalon, yaitu bagian rostral hipotalamus, terutama area suprakiasma dan adakalanya suatu area di nuklei difus pada talamus.
5. MACAM / POLA / TAHAPAN TIDUR
Sejak adanya alat EEG (Elektro Encephalo Graph),
maka aktivitas-aktivitas di dalam otak dapat direkam dalam suatu
garafik . Alat ini juga dapat memperlihatkan fluktuasi energi (gelombang
otak) pada kertas grafik. Penelitian mengenai mekanisme tidur mengalami
kemajuan yang sangat pesat dalam 10 tahun terakhir, dan bahkan sekarang
para ahli telah berhasil menemukan adanya 2 (dua) pola/macam/tahapan
tidur, yaitu :
- Pola tidur biasa atau NREM
Pola / tipe tidur biasa ini juga disebut NREM (Non Rapid Eye Movement = Gerakan mata tidak cepat).
Pola tidur NREM merupakan tidur yang nyaman dan dalam tidur gelombang
pendek karena gelombang otak selama NREM lebih lambat daripada gelombang
alpha dan beta pada orang yang sadar atau tidak dalam keadaan tidur
(lihat gambar).Tanda-tanda tidur NREM adalah :
1) Mimpi berkurang
2) Keadaan istirahat (otot mulai berelaksasi)
3) Tekanan darah turun
4) Kecepatan pernafasan turun
5) Metabolisme turun
5) Gerakan mata lambat
Fase NREM atau tidur biasa ini berlangsung ±
1 jam dan pada fase ini biasanya orang masih bisa mendengarkan suara di
sekitarnya, sehingga dengan demikian akan mudah terbangun dari
tidurnya. Tidur NREM ini mempunyai 4 (empat) tahap yang
masing-masing-masing tahap di tandai dengan pola gelombang otak.
1) Tahap I
Tahap
ini merupakan tahap transisi, berlangsung selama 5 menit yang mana
seseorang beralih dari sadar menjadi tidur. Seseorang merasa kabur dan
relaks, mata bergerak ke kanan dan ke kiri, kecepatan jantung dan
pernafasan turun secara jelas. Gelombang alpha sewaktu seseorang masih
sadar diganti dengan gelombang betha yang lebih lambat. Seseorang yang
tidur pada tahap I dapat di bangunkan dengan mudah.
2) Tahap II
Tahap
ini merupakan tahap tidur ringan, dan proses tubuh terus menurun. Mata
masih bergerak-gerak, kecepatan jantung dan pernafasan turun dengan
jelas, suhu tubuh dan metabolisme menurun. Gelombang otak ditandai
dengan “sleep spindles” dan gelombang K komplek. Tahap II berlangsung pendek dan berakhir dalam waktu 10 sampai dengan 15 menit.
3) Tahap III
Pada
tahap ini kecepatan jantung, pernafasan serta proses tubuh berlanjut
mengalami penurunan akibat dominasi sistem syaraf parasimpatik.
Seseorang menjadi lebih sulit dibangunkan. Gelombang otak menjadi lebih
teratur dan terdapat penambahan gelombang delta yang lambat.
4) Tahap IV
Tahap
ini merupakan tahap tidur dalam yang ditandai dengan predominasi
gelombang delta yang melambat. Kecepatan jantung dan pernafasan turun.
Seseorang dalam keadaan rileks, jarang bergerak dan sulit
dibangunkan. (mengenai gambar grafik gelombang dapat dilihat dalam
gambar). Siklus tidur sebagian besar merupakan tidur NREM dan berakhir
dengan tidur REM.
- Pola Tidur Paradoksikal atau REM
Pola / tipe tidur paradoksikal ini disebut juga (Rapid Eye Movement = Gerakan mata cepat). Tidur tipe ini disebut “Paradoksikal” karena hal ini bersifat “Paradoks”,
yaitu seseorang dapat tetap tertidur walaupun aktivitas otaknya nyata.
Ringkasnya, tidur REM / Paradoks ini merupakan pola/tipe tidur dimana
otak benar-benar dalam keadaan aktif. Namun, aktivitas otak tidak
disalurkan ke arah yang sesuai agar orang itu tanggap penuh terhadap
keadaan sekelilingnya kemudian terbangun. Pola / tipe tidur ini,
ditandai dengan :
1) Mimpi yang bermacam-macam
Perbedaan antara mimpi-mimpi yang timbul sewaktu tahap tidur NREM dan tahap tidur REM adalah bahwa mimpi yang timbul pada tahap tidur REM dapat diingat kembali, sedangkan mimpi selama tahap tidur NREM biasanya tak dapat diingat. Jadi selama tidur NREM tidak terjadi konsolidasi mimpi dalam ingatan.
2) Mengigau atau bahkan mendengkur (Jw. : ngorok)
3) Otot-otot kendor (relaksasi total)
4) Kecepatan jantung dan pernafasan tidak teratur, sering lebih cepat
5) Perubahan tekanan darah
6) Gerakan otot tidak teratur
7) Gerakan mata cepat
8) Pembebasan steroid
9) Sekresi lambung meningkat
10) Ereksi penis pada pria
Syaraf-syaraf
simpatik bekerja selama tidur REM. Dalam tidur REM diperkirakan terjadi
proses penyimpanan secara mental yang digunakan sebagai pelajaran,
adaptasi psikologis dan memori (Hayter, 1980:458). Fase tidur REM (fase
tidur nyenyak) ini berlangsung selama ±
20 menit. Dalam tidur malam yang berlangsung selama 6 – 8 jam, kedua
pola tidur tersebut (REM dan NREM) terjadi secara bergantian sebanyak 4 –
6 siklus.